bagaimana bisa terang benderang
kalau langit selalu hitam berkabut
pekerja malam dengan bola lampu lima watt
dalam ruang sempit dan pengap
ditengah bau mulut penyangkalan
yang semakin menyengat
satria perkasa berbaju zirah
apa mungkin tersesat
terperosot di lubang perangkap
yang dihuni sejuta kalajengking
apa mungkin ia menggelepar
dalam ancaman harimau dan singa lapar
yang haus kuasa
gladiator pun bertumbangan
para hulubalang mengatur muslihat
jagoan sang kaisar jumpalitan
namun perang tanding belum usai
satria perkasa berbaju zirah
nampaknya lamban bergerak
menangkis sebetan pedang
para punakawan di ruang sidang
satria satria semakin meronta meradang
kayak serigala terluka melolong
bantu bangunkan ruang lapang
arena perang tanding
wahai kaula yang tercinta
tambahkan seribu ninja
akan kami habisi para drakula
pengisap darah rakyat negeri ini
dan kalian pun
tak melempar tinja
kemuka kami
Sabtu, 30 Juni 2012
Kamis, 14 Juni 2012
APAKAH ENGKAU NYENYAK
apakah engkau nyenyak berbaring
diatas permadani biru yang empuk itu
dimana ngengat dan kutu busuk mengusik tidurmu
rayap yang menggerogoti tiang penyanggah rumah besar itu
tempat kau berlindung telah rapuh dan hampir roboh
dan kau masih juga bermimpi tentang masa depan negeri ini
tidakkah kau ngeri terjatuh dalam jurang yang dalam
sementara teman-temanmu masih juga memperebutkan
sisa kue di meja sidang dengan rakusnya
mereka adalah anak-anak yang baru lahir kemarin
mereka belum tahu risiko sebuah dosa
sampai kemudian orang-orang awan itu berteriak
gantung dia-gantung dia sang pendusta
kau rasakan seperti mimpi yang lucu dan ngeri
tersandera oleh sebuah janji
kita akan jatuh bersama bapak
karena kita satu atap dalam suka dan duka
maka janganlah sekali-kali tinggalkan aku
tapi suara-suara semakin nyaring
telunjuk semakin menuding
begitu ribet mengganggu tidurmu
lalu kaupun bangun berdoa
bersama pemuja-pemujamu berdoa
semoga dia jatuh tuhanku diatas rumput yang hijau
dirimbun ilalang yang akarnya kuat menghunjam di bumi pertiwi
dimana dia dulu lahir dan dibesarkan
diatas permadani biru yang empuk itu
dimana ngengat dan kutu busuk mengusik tidurmu
rayap yang menggerogoti tiang penyanggah rumah besar itu
tempat kau berlindung telah rapuh dan hampir roboh
dan kau masih juga bermimpi tentang masa depan negeri ini
tidakkah kau ngeri terjatuh dalam jurang yang dalam
sementara teman-temanmu masih juga memperebutkan
sisa kue di meja sidang dengan rakusnya
mereka adalah anak-anak yang baru lahir kemarin
mereka belum tahu risiko sebuah dosa
sampai kemudian orang-orang awan itu berteriak
gantung dia-gantung dia sang pendusta
kau rasakan seperti mimpi yang lucu dan ngeri
tersandera oleh sebuah janji
kita akan jatuh bersama bapak
karena kita satu atap dalam suka dan duka
maka janganlah sekali-kali tinggalkan aku
tapi suara-suara semakin nyaring
telunjuk semakin menuding
begitu ribet mengganggu tidurmu
lalu kaupun bangun berdoa
bersama pemuja-pemujamu berdoa
semoga dia jatuh tuhanku diatas rumput yang hijau
dirimbun ilalang yang akarnya kuat menghunjam di bumi pertiwi
dimana dia dulu lahir dan dibesarkan
Jumat, 08 Juni 2012
SUARAMU
masihkah suaramu menggema
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat
suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat
suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat
masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru
o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai
suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan
tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat
suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat
suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat
masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru
o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai
suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan
tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang
SUARAMU
masihkah suaramu menggema
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat
suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat
suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat
masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru
o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai
suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan
tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat
suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat
suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat
masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru
o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai
suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan
tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang
SUARAMU
masihkah suaramu menggema
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat
suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat
suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat
masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru
o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai
suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan
tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat
suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat
suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat
masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru
o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai
suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan
tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang
Jumat, 01 Juni 2012
LANGIT TERLALU TINGGI
langit terlalu tinggi untuk engkau capai, cappo*
jangan-jangan tanganmu sudah teramputasi
untuk bisa membuka pintu-pintu yang terkunci
tangga untuk kesana, masih
tersimpan dilapis tanah terbawah
belum lagi kabut yang menghambat
pandangmu keliang gelap tak berujung
dimana akan kau simpan
harapan yang tersisa
semangat yang masih membara
ditengah gugusan mega dan cahaya
sepertinya masih enggan menampakkan wajahnya
diujung jalan yang gelap itu
langit yang tak kenal tepi
ditengah gurun perburuan
yang terjaring cuma
kambing-kambing tak berdaya
langit terlalu tinggi untuk engkau capai, cappo
pakailah sayap, pakailah tombak
robek dinding langit yang congkak itu, lalu
jangan pulang sebelum mencapai tujuan
not.*cappo=teman atau sahabat (bhs bugis)
buat sang pembasmi penyamun negeri ini.
jangan-jangan tanganmu sudah teramputasi
untuk bisa membuka pintu-pintu yang terkunci
tangga untuk kesana, masih
tersimpan dilapis tanah terbawah
belum lagi kabut yang menghambat
pandangmu keliang gelap tak berujung
dimana akan kau simpan
harapan yang tersisa
semangat yang masih membara
ditengah gugusan mega dan cahaya
sepertinya masih enggan menampakkan wajahnya
diujung jalan yang gelap itu
langit yang tak kenal tepi
ditengah gurun perburuan
yang terjaring cuma
kambing-kambing tak berdaya
langit terlalu tinggi untuk engkau capai, cappo
pakailah sayap, pakailah tombak
robek dinding langit yang congkak itu, lalu
jangan pulang sebelum mencapai tujuan
not.*cappo=teman atau sahabat (bhs bugis)
buat sang pembasmi penyamun negeri ini.
Langganan:
Postingan (Atom)