Jumat, 30 Maret 2012
PULSA
He he aku kini menjual pulsa
Untungnya sedikit
Asyiknya banyak
Beribu nomor beribu angka
Berseliweran di kepala
Menguap entah kemana
Orang-orang datang dan pergi
Mengisi pulsa, mengirim sms
Menelpon sahabat, teman, pacar, keluarga
Kepada guru bahkan kepada penguasa
Mengadukan nasibnya
Kenapa begini-begini saja
Tuan beli pulsa beli yang banyak
Kirim pesan pada orang-orang yang lupa malam
Pesan pada orang-orang supaya berhenti berisik
Mabuk-mabukan di jam-jam orang harus istirahat
Pesan pada pejabat agar berhenti menilep uang rakyat
Pesan pada anak-anak tidak larut bermain game
Pesan pada pedagang agar tidak terlalu banyak ambil untung
Pesan pada manula perbanyak minum air putih
Pesan pada pencuri pulsa berhentilsh berulah
Pesan pada pemuka agama jadilah tauladan yang baik
Pesan pada pelacur jalanan rajin-rajinlah ke dokter periksa
Pesan pada keluarga kumpul kebo pergilah ke kua urus surat nikah
Agar buana tempatku menjual pulsa membawa berkah
Kamis, 29 Maret 2012
MENGAPA PAK TUA?
Mengpa pak tua selalu ingat Semarang
Bingkisan ceritera dari Lumintang
Padahal kuburan yang lengang
Sudah dekat diujung jalan
Di Puputan perang pernah terjadi
Di Puputan ceritera cinta terjalin
Pak tua dengan sepeda entol karatan
Mengayuh dengan semangat ke Padang galak
Ada apa kau kesana
Apa yang kau cari pak tua
Setiap kali kita ketemu
Hanya ceritera nostalgia masa muda
Di alun-alun ini
Tiada lagi anggur tersisa
Tiada lagi perawan kota
Cuma bangke karatan
Peninggalan hedonisme
Dan preman yang menadah tangan
Sebelum saatnya tiba
Kau pernah berpesan hidupkah
Tentang resep jamu abadi
Bawakan aku sahabat
Sekuntum mawar yang baru mekar
Sebait lagu paradiso
Dari Semarang
Dari bilik sempit Lumintang.
Sobatku Wahab di alun-alun Puputan Badung
Masih hidupkah kau?
Bingkisan ceritera dari Lumintang
Padahal kuburan yang lengang
Sudah dekat diujung jalan
Di Puputan perang pernah terjadi
Di Puputan ceritera cinta terjalin
Pak tua dengan sepeda entol karatan
Mengayuh dengan semangat ke Padang galak
Ada apa kau kesana
Apa yang kau cari pak tua
Setiap kali kita ketemu
Hanya ceritera nostalgia masa muda
Di alun-alun ini
Tiada lagi anggur tersisa
Tiada lagi perawan kota
Cuma bangke karatan
Peninggalan hedonisme
Dan preman yang menadah tangan
Sebelum saatnya tiba
Kau pernah berpesan hidupkah
Tentang resep jamu abadi
Bawakan aku sahabat
Sekuntum mawar yang baru mekar
Sebait lagu paradiso
Dari Semarang
Dari bilik sempit Lumintang.
Sobatku Wahab di alun-alun Puputan Badung
Masih hidupkah kau?
Rabu, 28 Maret 2012
KENANGAN
Kau senang berceritera panjang
Dengan ide-ide konyol melelahkan
Berat dan tak bisa kumengerti
Kau kuliti Salvador Dali
Kandinsky, Picasso, Afandi
Andy warhol hingga ke Pollok
Aku terkantuk dalam mimpi bayang silaturrahmi
Suaramu tenggelam oleh angin yang memecahkan kaca jendela
Kau pun menghilang dalam bayangan hitam tertawa
Atau kau hanya fatamorgana
Barangkali kau hanya bayangan kabur
Dalam ketuaan usia
Katamu kau senang pada Basuki Abdullah
Dengan perempuan cantiknya yang telanjang
Masih ada tersisa jejak tanganmu di kanvas
Sebuah lukisan titik-titik warnawarni
Hadiah untukku
Ketika aku terjaga
Kau masih terasa disini
Matahari pagi hari
Kembali mengintip
Menawarkan hangat
harum nafasmu
Tertinggal di bantal kenangan
suaramu
Dengan ide-ide konyol melelahkan
Berat dan tak bisa kumengerti
Kau kuliti Salvador Dali
Kandinsky, Picasso, Afandi
Andy warhol hingga ke Pollok
Aku terkantuk dalam mimpi bayang silaturrahmi
Suaramu tenggelam oleh angin yang memecahkan kaca jendela
Kau pun menghilang dalam bayangan hitam tertawa
Atau kau hanya fatamorgana
Barangkali kau hanya bayangan kabur
Dalam ketuaan usia
Katamu kau senang pada Basuki Abdullah
Dengan perempuan cantiknya yang telanjang
Masih ada tersisa jejak tanganmu di kanvas
Sebuah lukisan titik-titik warnawarni
Hadiah untukku
Ketika aku terjaga
Kau masih terasa disini
Matahari pagi hari
Kembali mengintip
Menawarkan hangat
harum nafasmu
Tertinggal di bantal kenangan
suaramu
Selasa, 27 Maret 2012
KAU MEMBUATKU TERJAGA
Yang selalu membuatku terjaga
Pada desir angin yang menderu
Di beranda dimana kau
Dulu sering duduk menunggu
Sudah lama aku tidak terguncang
Oleh gairah syahwat matahari
Setiap saat setia membakar bumi
Bersama angin dan hujan
Menyuburkan bunga-bunga
Aku sendiri diantara rumput kering
Berjalan melintasi ruang yang lengang
Di pelataran tempat dulu kita bermain
Memperebutkan layang-layang yang putus
Setelah tuamu masih adakah kau disana menungguku
Bersama di kursi panjang berceritera dimasa sulit
Ketika selimut kabut yang dingin menggerayangi tubuhku
Aku pun sekedar singgah ingin menyapa
Kita sudah banyak menyandang cucu katamu
Namun masih tahankah kamu
Menahan kesepian
Melewati malam-malam panjang
Sendirian
Pada desir angin yang menderu
Di beranda dimana kau
Dulu sering duduk menunggu
Sudah lama aku tidak terguncang
Oleh gairah syahwat matahari
Setiap saat setia membakar bumi
Bersama angin dan hujan
Menyuburkan bunga-bunga
Aku sendiri diantara rumput kering
Berjalan melintasi ruang yang lengang
Di pelataran tempat dulu kita bermain
Memperebutkan layang-layang yang putus
Setelah tuamu masih adakah kau disana menungguku
Bersama di kursi panjang berceritera dimasa sulit
Ketika selimut kabut yang dingin menggerayangi tubuhku
Aku pun sekedar singgah ingin menyapa
Kita sudah banyak menyandang cucu katamu
Namun masih tahankah kamu
Menahan kesepian
Melewati malam-malam panjang
Sendirian
Senin, 26 Maret 2012
BUKAN AKU YANG MEMINTAMU DATANG
bukan aku yang memintamu datang
disetiap purnama membawa bayang-bayang
diantara rindang daunan
pohon diluar halaman
menitipkan keteduhan
bukan aku yang merayumu berkunjung
pintu-pintu telah lama kututup
disetiap turun malam
karena pencuri dalam silhuet hitam
barangkali mengintip
dari balik terali jendela masa laluku
tapi kau membawa canda tawa
bersama gairah dari masa lalumu yang terbuka
dan aku takut pada kau
akan mengirim karangan bunga
bersama teror bom waktu
jangan datang disaat malam-malam tak nyaman
disaat diri semakin dekat
karena diri sudah lama lelap
dalam kealpaan semesta
disetiap purnama membawa bayang-bayang
diantara rindang daunan
pohon diluar halaman
menitipkan keteduhan
bukan aku yang merayumu berkunjung
pintu-pintu telah lama kututup
disetiap turun malam
karena pencuri dalam silhuet hitam
barangkali mengintip
dari balik terali jendela masa laluku
tapi kau membawa canda tawa
bersama gairah dari masa lalumu yang terbuka
dan aku takut pada kau
akan mengirim karangan bunga
bersama teror bom waktu
jangan datang disaat malam-malam tak nyaman
disaat diri semakin dekat
karena diri sudah lama lelap
dalam kealpaan semesta
Minggu, 25 Maret 2012
TIADA MALAM TIADA SIANG
menggema seruan
melintasi semesta
melintasi benua
tempat tumpuan
daerah kedamaian
dongeng tentang surga
dayang menari didepan mata
bak seronok dunia maya
tiada malam tiada siang
kalau itu hanya rekaan
ceritera aneh anak-anak
aku paham
cahaya dari mata yang terpejam
negeri asing para pendatang
tiada malam tiada siang
kita menjalin kehidupan
dengan lendir dan ludah kenistaan
akhirnya...
jalan panjang melintasi ruang waktu
ketika tiada malam ketika tiada siang
ketika tiada warna ketika tiada aroma
memberi makna tentang diri
duka duniawi
nikmat duniawi
silih berganti dialami
fatamorgana ini
hanyalah illusi
semata debu hidup
terpapar didepan mata
leleran keringat darah
tertumpah sia-sia
tai dan daki
menyertai jejak kaki
kita pun suka bertikai
demi selisih nilai
ketika tiada malam ketika tiada siang
yang ada bayangan kelabu
ketika tiada warna ketika tiada aroma
diri kembali ke sanubari
barangkali damai jadi abadi.
melintasi semesta
melintasi benua
tempat tumpuan
daerah kedamaian
dongeng tentang surga
dayang menari didepan mata
bak seronok dunia maya
tiada malam tiada siang
kalau itu hanya rekaan
ceritera aneh anak-anak
aku paham
cahaya dari mata yang terpejam
negeri asing para pendatang
tiada malam tiada siang
kita menjalin kehidupan
dengan lendir dan ludah kenistaan
akhirnya...
jalan panjang melintasi ruang waktu
ketika tiada malam ketika tiada siang
ketika tiada warna ketika tiada aroma
memberi makna tentang diri
duka duniawi
nikmat duniawi
silih berganti dialami
fatamorgana ini
hanyalah illusi
semata debu hidup
terpapar didepan mata
leleran keringat darah
tertumpah sia-sia
tai dan daki
menyertai jejak kaki
kita pun suka bertikai
demi selisih nilai
ketika tiada malam ketika tiada siang
yang ada bayangan kelabu
ketika tiada warna ketika tiada aroma
diri kembali ke sanubari
barangkali damai jadi abadi.
Sabtu, 24 Maret 2012
SILIH BERGANTI
silih berganti orang orang datang
mendongeng ceritera usang
dari atas mimbar
kebohongan pun dijalin
dalam keyakinan
suara memanggi manggil
parau mengigil
dari menara kerentaan usia
silih berganti orang orang datang
mengiming impian
kebahagiaan di dunia lain
lupakan saja ceriteramu
yang hanya luka
lalu kembali pulang
keasal mula kejadian
diam yang kekal
mendongeng ceritera usang
dari atas mimbar
kebohongan pun dijalin
dalam keyakinan
suara memanggi manggil
parau mengigil
dari menara kerentaan usia
silih berganti orang orang datang
mengiming impian
kebahagiaan di dunia lain
lupakan saja ceriteramu
yang hanya luka
lalu kembali pulang
keasal mula kejadian
diam yang kekal
TELAH KULALUI
telah kulalui jalur panjang kehidupan
kusimak ceritera leluhur
kugali beribu lembar halaman
yang terpendam dalam gudang kenangan
akhirnya kuikrarkan dalam hati
mengisi puisi ini
dengan lembar lembar kebenaran
yang harus kupuja
demi nurani
yang tak ingin berdusta
selalu puisi lahir
dari kesucian yang teruji
kusimak ceritera leluhur
kugali beribu lembar halaman
yang terpendam dalam gudang kenangan
akhirnya kuikrarkan dalam hati
mengisi puisi ini
dengan lembar lembar kebenaran
yang harus kupuja
demi nurani
yang tak ingin berdusta
selalu puisi lahir
dari kesucian yang teruji
Langganan:
Postingan (Atom)