Minggu, 04 November 2012

TAK APA

tak apa kalau kau tak mampu
tampa kau bongkar pun
bangunan tua itu
bakal runtuh sendiri
karena bakteri dan virus
cacing dan renik
merasuk dan menohok masuk
kedalam hati dan jantungnya

tiang penyanggah sudah lama rapuh
lantai dan dinding sudah mengelupas
bahkan lumut dan karat tanah
menumpuk, menggumpal
menebarkan bau maut

tak apa kalau kau tak mampu
tampa kau bongkar pun dengan tanganmu
bangunan tua itu bakal runtuh sendiri
kalau bukan diterjang badai
ia akan tenggelam disapu banjir
zaman perubahan

TAK

tak seperti kalam
langit tak punya titik untuk berhenti
tak punya alinea baru untuk memulai kisah baru
ia hamparan tak berawal tak berujung
tak seperti bukit dan gunung

setelah mencapai puncak impian
dalam pendakian harapan
kita bisa turun lagi
memulai cerita lain
bermain lagi
naik dan turun bergantian

langit tak punya titik untuk berhenti
tak punya malam tak punya siang
ia hanya punya mentari punya bulan dan bumi
punya kerlip bintang bintang

selebihnya hanya ruang waktu tak terjengkau
ia panorama
dan kita yang memberi warna

Kamis, 30 Agustus 2012

TAMU

akulah tamu yang sudah berbilang tahun tak bertemu
rumahmu dipinggir kota berhalaman bunga-bunga tak terawat
kuingin kau memijit lenganku yang sudah lenyai
berpegang pada tali nasib seperti dulu pertama kita bertemu
diatas meja marmer tua retak itu
kau sodorkan secangkir kopi
terasa aroma asing dari suatu dunia lain
sementara kau disudut sepi menyulut rokok
sepertinya tak tuntas pembicaraan kita
hiruplah tandas jangan sampai ada tersisa, pintamu

kau ingin kembali menjalin persahabatan
atau hanya ingin melepaskan beban
dari kisah kesalahan masa lalu yang mengganggu
terasa ada getar di batin kita
kita berdua saja di rumah tua sepi ini
itu dulu katamu kini sudah berubah
lihat diluar cahaya senja mengintip dari celah

masih ada kehormatan mencuat dipermukaan. dan kau
tak juga mau beranjak dari sudut sepi jalan hidupmu
rasanya kuingin melarikan diri
meski kutahu dimata kita ada bara
aku terpaku di kursi dan menunggu
isyarat dari matamu yang enggan menyuruhku pergi
tapi rupanya disana tak ada penanda

sebelum aku pamit
kulihat matamu mengerjap basah, mengambang gerimis
pulanglah dan tak perlu datang lagi,suaramu lirih
kau berdiri dan mengantarku ke gerbang
sementara angin dari seberang lautan menguakkan daun pintu
kesempatan terakhir telah mengangkat aku
kesuatu tempat terhormat


Rabu, 29 Agustus 2012

KALAU GAIRAH SUDAH TAK ADA

kalau gairah sudah tak ada
kuburlah mimpimu sebelum menjelma beku
dibawah pohon purba diantara daun daun dan ranting kering
musim musim pun silih berganti

peluh telah tertumpah penuh
diatas bumi yang gelisah
darah telah mengental dingin
mulut saling diam membisu
tubuh merapat lemas menggigil

ruang dan waktu
kau adalah seteru
disaat mimpiku beku

lingkaran siklus terulang
baling baling di udara hampa
layar tak berangin

kuingin lagi menjadi kanak kembali
lama dan pelan beranjak dewasa
merasakan nikmat sorgamu
bermain di biru dan hijau laut

kita kawin, bersetubuh dan punya anak
lalu kita menjadi tua seperti pohon purba itu
bercucu berbuyut
lalu ranting ranting dan daun daun kering itu
gugur ke bumi sepi
dalam misteri bergayut

Sabtu, 28 Juli 2012

DERMAGA

dari atas silo kau melihat silau panjang ujung dermaga
tanjung yang menahan riak gelombang lampu lampu
kapal mengerlip sepanjang jembatan merkuri mengerjap
memanggil manggil hati yang sunyi
orang orang pun datang mencari keberuntungan
menabur umpan kedasar lautan

berjejer tongkang merapat disisi pelabuhan
palka demi palka membuka dan harapan kita
atur baik baik tumpukan demi tumpukan dan berikan
makna pada keringat darah yang tercurah disini
kantuk dan muntah tidak tumpah berdiri semalam suntuk
seperti pilar dermaga seperti prajurit setia

kendaraan berat itu datang dan pergi di dermaga
derunya menggetarkan hati, bumi laut dan awan
besi dan semen peluh dan debu tubuh mengumpul jadi satu
tertuang di dermaga fana ini
dermaga yang menyimpan harapan masa depan
dermaga tempat memandang jauh ke silo menara
yang menjulang angkuh kelangit tinggi

kontener demi kontener disiapkan
louder demi louder bergetar
mengantar berjuta juta harapan
dan kau tentu tidak mengeluh,bukan?
meski malam malam kita tak boleh tidur
berbaring melepas lelah diatas beton pelabuhan
kau tidak berharap agar hujan turun bukan?
agar semalaman seluruh dermaga tertutup kabut
dan kia bisa terkantuk kantuk atau
lelap tertidur berselimut kertas kraft

dengan segelas anggur kita tahan bergumul di bawah palka
dengan secangkir kopi kami tahan menunggu waktu usai
bertahan dengan gemuruh debu polusi yang mengintai
dengan jaring jaring penyakit dan maut yang menjerat langkah
telah kau bayar dengan anak anak yang bersekolah
kamar rumah sakit dan ruang tempat membaca
rumah ibadah dan taman hijau tempat anak anak bermain

kubaca dibiji mata para pekerja
yang kuyu menahan kantuk dilarut malam
tersimpan kesukuran karena masih mampu bekerja
dermaga adalah sebuah nikmat
dimana lautmu menyimpan ikan yang montok
angin segar berembus dari pantai bakau dan kampung nelayan
mentari jingga menyembul setiap senja

di lengan jembatan itu kucoretkan namaku
dukaku kupendam rinduku kuperam
karena aku seperti juga saudara
dermaga itu masih berdiri tetap kukuh
setia menunjang hidup kita para pekerja
tetap terpancang utuh dalam empasan gelombang
melewati zaman dan musim

waktu berputar tampa kenal malam dan siang
orang orang ataukah robot kitakah itu
yang bersileweran dalam kesibikan
menunggu dan berharap kapal kapal yang singgah
datang berlabuh kemudian bertolak lagi ke negeri yang jauh

(kenang kenangan untuk teman di pelabuhan biringkassi tonasa) 1984

Kamis, 26 Juli 2012

BIRINGKASSI 19/10/1984

III

ketakutan akan kesepian dan kelaparan
menjadi musuh bebuyutan dikutuk dan dijauhi
datang tampa diundang
menyahut sendiri tampa ditanya

wujudnya nyata dirasakan
setiapkali menarik nafas
namun ia menjelma jadi sahabat
pemberian alam
yang harus diakrabi
ditemani tidur bersama
dicumbu dan dibelai

ia anak kecil yang cengeng senang digendong
mengganggu tidur kita dalam lelap
dalam wajahnya yang berubah ubah
bagai tamu yang harus dihargai
dan tak perlu diusir dengan kasar
meski datangnya ditengah malam
membanting pintu

oh kesepian dan kelaparan
siapakah kau itu sebenarnya
setan apa yang membawa
engkau datang kemari

aku sudah dewasa dibesarkan olehnmu
meski yang kucari tak ketemu
masuklah duduk dekat kepadaku
akan kuhangaykan secangkir kopi
biar kita dapat tenang dan tahan
melewati malam malam panjang yang kelam

PANTAI BIRINGKASSI 1984

II

rasa takut akan kesepianlah membuat aku kemari mencarimu
disaat pasang naik dan banjir membobol tanggul empang gantungan hidupmu
yang kulihat hanya seorang nenek tua (nenekmu) terbungkuk bungkuk
menebangi akar pohon bakau yang meranggas
lalu dijunjung diatas kepalanya
tak sampai hati aku melarangnya

kebiasaan yang bertahun bahkan berabad
karena kutahu ketakutan akan kelaparanlah
yang membuat nenek tua itu nekat begitu
meski ditahunya akar bakau itu masih basah, masih hidup
ketakutan akan kesepianlah membuat aku kemari mencarimu
diantara iring-iringan panjang para perempuan desa menjunjung air
menempuh jarak berkilometer dari rumahnya
meski ditahunya air tawar itu diperolehnya tampa permisi
dari sebuah tangki pembangunan suatu proyek
yang menggusur tanah tempat tinggalnya

ketakutan akan kelaparanlah yang membuat
perempuan itu nekat begitu meski ditahunya
air tawar itu belum tentu bersih dan enak diminum
ketakutanlah yang membuat kita angkat kaki
dan mencari tempat berlindung
dari pasang dan banjir yang menyerang

PANTAI BIRINGKASSI 1984

I
ketika laut surut pohon bakau itu seperti mencengkramkan jemari akarnya ke bumi tak ingin lepas
tubuhnya memagari pantai dan menahan gempuran ombak bertahun bahkan berabad  
dari sini kudengar desis air ditarik pelan pelan ke pusat bumi
kudengar gesekan daun daun dan dahan dihembus angin
bunyi lengking elang laut dekat sekali
selebinya hanya kesenyapan ruang dimana aku jalan sendiri
suara apakah itu gerangan memanggil aku dalam hatinya
untuk singgah sebentar saja sekedar bertanya
apa perlumu datang ke tempat sepi seperti ini
mematung disisi pematang seraya menengadahkan wajah kelangit
sedang disana tak ada apa apa selain awan gelap yang menyesakkan nafas
seperti ada sesuatu yang hilang
aku pun berjongkok disisi pematang mencari-cari
kulihat hanya ikan-ikan kecil yang berenang
kepiting yang berkejaran berlomba memasuki lobang perlindungan
seperti dulu dimasa kanak orang tua membuat tempat berlindung
agar terhindar dari bahaya peluru nyasar
aku pun tersentak dari lamunanku
angin barat semakin kencang menghantar gelombang
menghantam tubuh daun dan dahan bakau yang tetap kukuh bertahan
hanya tangan tangan jahil saja yang sering datang menebang
membuatnya menjadi arang
di tengah kesepian hutan bakau
aku masih mencari cari sesuatu yang hilang
di bawah awan gelap dan tamparan angin kencang
aku angkat kaki karena siapa tahu
disekitar tempat ini yang kutemui hanya
seekor ular berbisa yang lapar.............

Rabu, 04 Juli 2012

DULU BATU

dulu
batu teguh
sekarang
karang kropos
tergerus arus
zaman

dulu
padu bersatu
sekarang
pecah berserakan
tuntutan waktu
menjadi galau
tak tentu
kemana menuju

negeriku
aku tersedu
padamu

Senin, 02 Juli 2012

BOLA OH BOLA

setan setan pun senang menonton bola
bertanding taruhan di ruang gelap tertutup
bolanya kepala manusia
yang ditendang bolak balik
membentur dinding
hingga gepeng bersegi
tak utuh lagi

para setan itu pun tertawa terbahak bahak
melihat bola itu
pada mata yang membelalak
pada lidah yang menjulur
pada gigi yang rontok berhamburan
pada cairan otak yang meleleh
pada tengkorak yang pecah
pada kulit wajah yang hancur
tertawa melihat darah
tercecer dimana mana

manusia pun ikut senang menonton bola yang diperebutkan
bertanding taruhan di ruang lapang terbuka
bola bundar yang ditendang
bergelinding dan melayang
para pemainnya itu
berlari larian kesana kemari
dan penonton bersorak sorak
pada tubuh yang bertabrakan
pada tendangan yang merobek gawang
pada gerak tipu yang memperdaya
pada sundulan kepala yang tepat sasaran
ou tendangan salto yang memukau
umpan pendek yang cantik
umpan tarik yang menarik
mencibir pada nafas yang terengah
pada tubuh yang kehabisan tenaga
ber hu hu ber he he pada bola liar
yang menggetarkan gawang lawan

diam melihat jagoannya freekick
protes menggila kalau jagoannya dicurangi
tak ada penonton bola tampa memihak
sangat tergantung kepentingan
demi kebesaran kelompok
fairply menjadi nomor sekian
setan saja yang senang pada yang jahat
supporter yang kalah bisa kalap mengamuk
hanya malaikat yang tak ada niat dan hasrat
entah para dewa olimpus
yang duduk di singgasananya
jauh dimasa lampau
apa juga senang
menonton bola
yang menggemparkan dan membius dunia

Sabtu, 30 Juni 2012

SATRIA BERBAJU ZIRAH

bagaimana bisa terang benderang
kalau langit selalu hitam berkabut
pekerja malam dengan bola lampu lima watt
dalam ruang sempit dan pengap
ditengah bau mulut penyangkalan
yang semakin menyengat

satria perkasa berbaju zirah
apa mungkin tersesat
terperosot di lubang perangkap
yang dihuni sejuta kalajengking
apa mungkin ia menggelepar
dalam ancaman harimau dan singa lapar
yang haus kuasa

gladiator pun bertumbangan
para hulubalang mengatur muslihat
jagoan sang kaisar jumpalitan
namun perang tanding belum usai

satria perkasa berbaju zirah
nampaknya lamban bergerak
menangkis sebetan pedang
para punakawan di ruang sidang

satria satria semakin meronta meradang
kayak serigala terluka melolong
bantu bangunkan ruang lapang
arena perang tanding

wahai kaula yang tercinta
tambahkan seribu ninja
akan kami habisi para drakula
pengisap darah rakyat negeri ini

dan kalian pun
tak melempar tinja
kemuka kami

Kamis, 14 Juni 2012

APAKAH ENGKAU NYENYAK

apakah engkau nyenyak berbaring
diatas permadani biru yang empuk itu
dimana ngengat dan kutu busuk mengusik tidurmu
rayap yang menggerogoti tiang penyanggah rumah besar itu
tempat kau berlindung telah rapuh dan hampir roboh
dan kau masih juga bermimpi tentang masa depan negeri ini
tidakkah kau ngeri terjatuh dalam jurang yang dalam
sementara teman-temanmu masih juga memperebutkan
sisa kue di meja sidang dengan rakusnya
mereka adalah anak-anak yang baru lahir kemarin
mereka belum tahu risiko sebuah dosa
sampai kemudian orang-orang awan itu berteriak
gantung dia-gantung dia sang pendusta
kau rasakan seperti mimpi yang lucu dan ngeri
tersandera oleh sebuah janji
kita akan jatuh bersama bapak
karena kita satu atap dalam suka dan duka
maka janganlah sekali-kali tinggalkan aku
tapi suara-suara semakin nyaring
telunjuk semakin menuding
begitu ribet mengganggu tidurmu
lalu kaupun bangun berdoa
bersama pemuja-pemujamu berdoa
semoga dia jatuh tuhanku diatas rumput yang hijau
dirimbun ilalang yang akarnya kuat menghunjam di bumi pertiwi
dimana dia dulu lahir dan dibesarkan

Jumat, 08 Juni 2012

SUARAMU

masihkah suaramu menggema
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat

suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat

suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat

masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru

o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai

suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan

tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang

SUARAMU

masihkah suaramu menggema
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat

suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat

suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat

masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru

o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai

suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan

tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang

SUARAMU

masihkah suaramu menggema
memanggil dan memanggil dari padang-padang kering
dari ladang-ladang minyak
dari istana megah
ke lembah lembah subur
kekampung kampung sederhana yang jauh
masihkah mengiang suaramu
yang menjanjikan jalan lurus
keselamatan dunia akhirat

suaramu yang menyentak
kebilik hati yang pekat
yang selalu resah gelisah
dijalan yang sesat

suaramu itukah yang semakin sayup
di bukit sepi
di beton perkotaan yang sibuk
bahkan nyaris suaramu lenyap
tenggelam oleh gemuruh desing peluru
terlindas getaran kendaraan senjata berat

masihkah suaramu jadi penyejuk
dipanas dendam membara
dalam perebutan tahta kemuliaan dunia
warisan leluhur yang tak pernah berhenti berseteru

o panasnya padang-padang pembantaian
pahitnya air zam-zam kehidupan
di negeri yang dijanjikan aman dan damai

suaramu yang tak jemu memanggil
terdengar parau dan letih
dalam subuh dingin dan kaku
diantara mayat-mayat bergelimpangan
dan tumpahan tangis kehilangan

tak henti-henti suaramu bersaing
dengan suara dentang palu
di pabrik pabrik perakitan senjata
di gurun-gurun gersang
yang sudah kehilangan
jauh dari nurani kasih sayang

Jumat, 01 Juni 2012

LANGIT TERLALU TINGGI

langit terlalu tinggi untuk engkau capai, cappo*
jangan-jangan tanganmu sudah teramputasi
untuk bisa membuka pintu-pintu yang terkunci

tangga untuk kesana, masih
tersimpan dilapis tanah terbawah
belum lagi kabut yang menghambat
pandangmu keliang gelap tak berujung

dimana akan kau simpan
harapan yang tersisa
semangat yang masih membara
ditengah gugusan mega dan cahaya
sepertinya masih enggan menampakkan wajahnya

diujung jalan yang gelap itu
langit yang tak kenal tepi
ditengah gurun perburuan
yang terjaring cuma
kambing-kambing tak berdaya

langit terlalu tinggi untuk engkau capai, cappo
pakailah sayap, pakailah tombak
robek dinding langit yang congkak itu, lalu
jangan pulang sebelum mencapai tujuan

 not.*cappo=teman atau sahabat (bhs bugis)
buat sang pembasmi penyamun negeri ini.

         

Jumat, 11 Mei 2012

NASEHAT HUJAN

jangan sekali kali melawan gunung dan kabut
siapa tahu gelap telah membuatnu mabuk kuwalat
karena lalai dan lupa pada tuhan pemberi hidup

nyawa hanyalah titik embun pagi hari
akan menguap lenyap ketika matahari meninggi
yang abadi cuma kenangan dan mimpi

seperti juga cuaca akan menampung tangisnya
ketika bumi galau gelisah, kering dan gersang
maka kesabaran dan pasrah bagai bunga dan bulir tanaman
tak akan pernah punah sehabis hujan

hujan adalah air mata cuaca yang terenyuh
pada nasib derita manusia di bumi
tapi juga memberi hidup pada mahluk
tampa memandang takabbur atau tawadduh

jangan sekali kali memandang rendah pada gunung dan kabut
karena iradat dan takdir tak kuasa kau taklukkan
dengan puncak kecanggihan ilmumu sekali PUN

                                                    terinspirasi oleh musibah sukhoi

RUANG

kuberi kau ruang
di bungker pengap
berasap mariyuana
bermain bersama
sodom gomorrah

kuberi kau tempat
mengurai riwayat
bersama kelelawar
burung-burung hantu
yang senang
bergelantungan di lenganmu

di negeriku
osama bin ladin
tak mungkin ingin
bersibadan denganmu
dan kau belum tentu mau
karena wajahmu aneh
dan gelap dimata fanatik
yang terusik
atas nama cinta dan kebebasan

maka pulanglah ke ottawa
diiringi ketawa santri putri
di desa kami yang
malu-malu melihat anjing
berzina di jalan ramai

sampah dan pollusi
yang kau bawa kesini
bisa jadi makanan lecat
nanti setelah kau kembali
seribu tahun lagi

Senin, 07 Mei 2012

BAYI BAYI ITU

bayi bayi itu yang keluar dari trowongan panjang sejarah
kini sudah remaja dan bingung meniti gigir zaman
ada yang melayang-layang bagai kapas
diterbangkan angin kebarat, ketimur, keutara, keselatan
tak tentu arah
dengan wajah kuyu bermata redup
kerangka hidup yang meratapi dinding cintah kasih
yang sudah pecah
tiang penyangga kropos
bergetar oleh gelora dendam terpendam
bayi bayi yang dibuang
terempas pada beton perkotaan
bermandikan debu trotoar
kaki sudah tak berpijak di bumi sendiri
sudah bertahun
tak bisa membedakan coklat dan tai
berubah menjadi sombi
yang otaknya dicuci
yang gemar memakan daging saudaranya sendiri
mencakar wajahnya
dan tak peduli pada pedih
bayi-bayi itu
bayi yang menetek di bumi yang gersang
menjadi garang
bayi demokrasi yang terlempar dari trowongan panjang sejarah
bayi prematur yang lahir dari sanggama haram
bernama kemerdekaan

Sabtu, 05 Mei 2012

TIGA MAYAT

tiga mayat di lombok
menangis terisak
mencari organ tubuhnya yang lenyap

tiga mayat menjerit
melintas langit
keseantero jagat

kemanusiaan telah tercabik
martabat telah terinjak

tiga mayat di lombok
yang kau tembak
menunjuk-nunjuk menuntut

katamu kita sahabat
nyatanya kau hianat

o encik
berapa ringgit
organ tubuhku kau jual

o datok
tega-tegamu menohok
jantung anak bangsaku

PILIHAN

ada saat kupilih terang
karena kutakut terantuk dalam gelap
tersesat di jalan berbukit
lubang ranjau yang mematikan semangat
menghargai hidup

kata-kataku memang sempit menyentak
tak membuat keningmu berkerut
kulukis yang nyata di pelupuk mata
dengan perumpamaan yang menyakitkan
tapi satu nafas dengan realita
apa yang terbaca terlihat nyata

ada saat kupilih gelap
karena terkurung dalam misteri
mencari jejakmu dibalik langit berlapis
menggali dikedalaman bumi
menyelam di laut pekat kata-kata

terkadang tergiur diderasnya arus
nafas gelomang yang tak pernah berhenti
mengempas kedinding hati
mencari maknawi, meski dalam sekarat
menjelang maut menjemput

terkadang kau begitu jauh
tak terjangkau
rahasia batin siapa yang tahu
sejauh mana kata menyentuh rasa
karena kata tidak berkasta
ia hanya isyarat untuk dimengerti

meski kata tidak harus bicara sendiri
di ruang kosong gelap dan hampa
tidak juga bicara kepada batu
tembok tebal yang pongah
yang tak ingin disentuh
tidak kepada pagar tinggi
menara sepi

tapi akrab kepada jiwa-jiwa yang hidup
yang lelah
yang terusir
yang teriris
sembilu derita hidup

Sabtu, 28 April 2012

PENGUMPUL BUAH

seorang perempuan cantik pengumpul buah//disuatu taman dunia//ia baru saja pulang mengantar apel segar yang manis//jeruk yang montok yang asam manis//kacang mente dan durian bangkok//diterima oleh koleganya //di sebuah istana dunia//mereka saling tersenyum simpul//mangngut-manggut dan saling mengerti//enak, enak sekali kalau setiap saat kita terima hadiah seperti ini//tampa harus turun kekebun memetik sendiri//perempuan cantik pengumpul buah tersenyum manis sekali//kalau sempat antarkan juga kemari kopi luwak tapi yang jumlahnya cukup karena banyak teman kita yang berminat//dengan semangat tampa lelah perempuan cantik pengumpul buah itu pulang melewati hutan lindung//sepertinya ia tak takut pada ular berbisa, harimau lapar atau buaya darat yang banyak berkeliaran disampinya.//karena aura wajahnya bak seorang putri raja yang rupawan membuat binatang-binatang jadi jinak patuh terpesona kepadanya//tapi malang tak dapat ditolak//tiba-tiba guntur menggelegar//kilat menyambar-nyambar//puting beliung dan gempa menerjang//jembatang gantung untuk menyeberang ke istana dunia terputus//ia tak bisa menyeberang karena arus jeram kelewat ganas//ia hanya berlindung dibawah pohon durian yang lebat buahnya//durian-durian itu enak dan mewah//tiba-tiba ia terkurung dan gelap sekelilingnya.//sebuah durian besar jatuh menimpa mukanya yang cantik memesona//maka menangislah ia sejadi-jadinya//hingga suaranya yang menyayat hati terdengar seorang pendekar dengan gaya silat yang tampil beda// dengan segala daya upaya dicobanya menarik keluar tubuh yang sedang tiarap itu.// tapi badai belum reda//durian-durian semakin berjatuhan menumpuk bercerai-berai disekujur tubuhnya yang harum//tapi semakin lama durian-durian itu menjadi bonyok dan membusuk//baunya menyebar kemana-mana//bau itu berubah wujud jadi kentuk yang susah ditangkap.

Rabu, 25 April 2012

ANJING

seekor anjing kerempeng dan kulitnya kudisan menjijikkan// tak henti-hentinya melolong seakan meminta tolong// ekornya terjepit tertimpa pohon tumbang// karena puting beliung mengamuk semalam// meninggalkan puing-puing sebuah perkampungan// perumahan menjadi rata dengan tanah// cuma seekor anjing yang melolong minta tolong// suara-suara lainnya hilang tertelan bumi// hilang oleh keriuhan kota tertelan oleh kesibukan// bising dunia yang tak kenal berhenti// hanya sebuah perkampungan dengan seekor anjing// yang melolong minta tolong ditengah malam// mencekam dan mengerikan// hanya seorang bayi disampingnya meronta-ronta sekarat// kedua orang tuanya tertimbun dibawah reruntuhan gubuknya// anjing itu sudah bermalam-malam tak makan// sudah bermalam malam melolong tak henti-henti// sambil berairmata dilahapnya daging segar disampingnya// semua dengan tulang-tulangnya hingga kenyang// dengan kekuatan tersisa ia mengamuk melolong-lolong// hingga terputus ekornya// dengan mulut berdarah-darah ia seakan berkata// dalam bahasa anjing// aku telah menyelamatkan derita bayi yang sekarat// dengan melumat-lumat dagingnya// dengan meremuk-remukkan tulangnya// agar aku bisa hidup// tiba-tiba seorang folosof botak berjanggut putih muncul// dari lubang hitam langit malam bertanya entah kepada siapa// mana yang jahat anjing atau puting beliung// dari sela-sela kilat dan petir terdengar menderu suara// karena alam tak punya mata dan nurani// alam yang menjadi biang kerok malapetaka// bukan, bukan begitu// suara lain sayup-sayup terdengar dari sebuah kota beradab// manusialah yang besalah dan mengundang bencana// karena selama ini lalai dan lari dari ajaran agamanya// sang punya suara sedang menikmati sarapan paginya// segelas jus wortel, sesendok madu,sebiji apel,semangkuk bubur ayam yang hangat// tubuhnya kuat, rohaninya sehat,istrinya empat//. sehabis shalat subuh itu// ia sempatkan diri berolah raga kecil disekitar halaman rumahnya// di sebuah kondomium hadiah penguasa// orang-orang menyapanya dengan taksim dan hormat// hanya seekor anjing yang terputus ekornya tiba-tiba menggelepar dihadapannya// seakan berkata aku haus, aku haus berikan aku sedikit air// tapi siapa yang mengerti bahasa anjing yang kudisan dan kerempeng// selain petani miskin yang senang memberinya makan sebelum puting beliung itu datang// selain buruh kasar yang diinjak-injak dan dipotong upahnya yang senang memelihara dan dijadikan penunggu rumah// selain perempuan malam yang senang mengangkang dilorong gelap hanya untuk sesuap nasi memandikannya dengan air hangat dan mengobati lukanya// sekarang anjing itu tak punya siapa-siapa// sudah gila dan mati rasa, siap menerkam siapa saja//

Sabtu, 21 April 2012

DISEBUAH NEGERI

kudatangi sebuah negeri
entah dalam mimpi.  disini
wajah-wajah menggelembung seperti balon
melayang-layang ditepi tebing. curam
tanahnya menyembur lumpur tak henti-henti
menggenangi pematang tempat burung-burung menjalin sarang

burung-burung tak lagi bersarang di pohon
matahari telah membakar habis hutan-hutan
tanah-tanah dibongkar lalu dibawa pergi jauh
kenegeri asing entah oleh siapa

kudatangi sebuah negeri
entah dalam mimpi.  disini
wajah-wajah putih berubah hitam
saling menyeringai seperi sombi
cakrawala dipenuhi polusi.  sampah
sumpah serapah caci maki

doa-doa dialiri airmata
diatas sungai keruh darah
karena di hulu para binatang saling membantai
tiang bendera dan panji-panji tak lagi tegak berdiri
terompet melengking parau
nyanyian bidadari tak lagi menarik

daun-daun reranting mengeropos
buah-buahan menjadi kering mengeriput

Jumat, 13 April 2012

PEMULUNG TUA

lelaki tua berpeluh bau. menantang
matahari memuntahkan geramnya
roda gepeng jalan terjal
gerobak sarat sampah
plastik. kardus. kawat baja berkarat
besi beton sisa bangunan runtuh
seng kropos. pagar besi tua tak berguna

ditelusuri emper toko. jalanan sibuk kota baru
kepelosok terjauh yang bisa dijangkau
gang kampung terlarang
kawat jemuran. tong sampah
hp rusak. elektronik rusak. ember pecah
lemari es rusak. buangan mall. mini market arogan
semuanya dapat tempat diatas gerobak

lelaki tua berpeluh bau. nafas terengah
menuju pintu senja. menuju
bedeng-bedeng istri tabah
menanak nasi aking. lauk terasi
senyumnya masih ada. juragang pun senang
cukup makan seadanya
dibelainya rambut beruban istrinya
masih ada sisa bekal untuk mudik
lebaran di madura. bisiknya.

               perkampungan pemulung buana raya denpasar.

Minggu, 08 April 2012

SIKLUS

setelah wasior
merapi
marapi
mentawai
bencana apa lagi
krakatau
tsuname
jangan terulang
sebab malapetaka
paktanya buta
alam tampa nurani
merenggut nyawa
siapa saja yang dekat
keyakinan terkubur
bersama lumpur dan lahar
tersapu gelombang
angin puting beliung
tanah tenggelam
tersapu banjir
bumi bergoyang
keyakinan terguncang
itulah siklus
tinggal di negeri
seribu bencana
setelah ini
apalagi
semeru
papandayang
kerinci
sinabang
lokon
bromo
agung
saputan
tambora
gamalama
besok
bukan tak mungkin
lompobattang
bawakaraeng
menggeliat
dari tidur panjangnya
ya tuhan
apa kau punya tangan
menghentikan amarah alam?

Jumat, 06 April 2012

WARNA WARNI

bukan hanya hitam dan putih
cerah dan mendung kehidupan
lihat langit malam dengan beribu bintang
kalau mata dan hati tertutup
mimpi jadi tak berwarna

bias memantulkan pelangi
cahaya intan berlian
kerlip kunang-kunang
hijau hutan dan gunung
padang tandus panas kering
oase kasih sayang tuhan

bukan hanya putih
dengan jubah bersih tampa daki
tapi kotoran yang tersembunyi
selalu dibawa kemana pergi

anak-anak mencintai permen gula-gula
remaja memuja kumbang dan bunga
dan orang tua mana yang tak suka
kopi dan kopiah

kita suka warna warni alam
tergantung waktu dan ruang
darimana kita memandang
dari atas menara kau bahagia memandang kebawah
dari gubuk renta yang sempit
kau merana menatap keatas
tapi dari dalam hati yang jernih
bukan cuma hitam dan putih

ada bias pelangi
ada kupu-kupu menari
ada musik lembut membuai
ada jeram menggemuruh
ada lukisan elok permai
menanti menghiburmu

ada teka teki tak terjawab
misteri alam berkabut
ada tangan kasih sayang
mengusap ubun-ubunmu
disaat kau sukur bersujud

Selasa, 03 April 2012

LAGU SAYANG UNTUK RARA

kelembutan dan senyum yang terpancar dari wajahmu yang bersih cucuku sayang
bagai danau bening hati yang lapang di panas mentari siang
kau pantai tenang dan angin sejuk senja hari
hijau gunung dedaunan hutan lindung
pematang sawah menguning

raraku sayang
kau tambak petani bandeng menyongsong panen
kau sampan nelayan yang pulang sarat ikan
kau taman kota, halaman yang teduh rindang
rumah mungil ramah pengunjung

dermaga hati yang setia
menunggu kapal berlabuh
kemudian bertolak kenegeri yang jauh

disaat hari-hari semakin susut bergayut kabut
seringlah datang berkunjung
karena matamu yang bening
wajahmu yang bersih
hatimu yang lapang
mengubur kesepian
menidurkan kerinduan

Senin, 02 April 2012

SEMUA MENGUAP LENYAP

semua menguap lenyap kedasar lapis bumi dan langit
karya, harta dan mimpiku, dosa dustaku, keberanian, ketakutan
semakin jauh tertimbun dalam ketaksadaran
percayakah kau pada maut yang sebentar lagi menerkammu
dalam wujud serigala buas
di rimba raya yang luas kucari sehelai sajakku yang jatuh kering
diantara berlaksa-laksa daun-daun membusuk
tak ada kutemui petunjuk
bahkan sehelai serat pun tak meninggalkan jejak
karena tanah telah menyimpannya abadi.

Minggu, 01 April 2012

TULISKAN SAJA

tuliskan saja puisimu di lembar-lembar mimpi yang bertebaran dalam tidur panjangmu janjito
orang lain tak ada yang tahu apa kau selamat apa kau sekarat
orang lain tak ada yang peduli
apa kau ada di kota surga merangkai bunga diatas kanvas kosong tak bermakna
atau sedang terkepung ditengah kampung para durjana
menghitung-hitung recehan terakhir untuk santap malammu
kau tak pernah tahu apa aku lapar apa aku kenyang
tak pernah tahu apa aku sehat apa aku sakit
tuliskan saja lembar-lembar puisimu hingga tetes terakhir tinta ingatanmu sebelum amnesia
sebelum tangan dan kakimu kaku janjito
berjalan saja terus mesti harus jatuh bangun
karena usia adalah seteru yang tak kuasa dilawan.

Jumat, 30 Maret 2012

PULSA


He he aku kini menjual pulsa
Untungnya sedikit
Asyiknya banyak
Beribu nomor beribu angka
Berseliweran di kepala
Menguap entah kemana
Orang-orang datang dan pergi
Mengisi pulsa, mengirim sms
Menelpon sahabat, teman, pacar, keluarga
Kepada guru bahkan kepada penguasa
Mengadukan nasibnya
Kenapa begini-begini saja
Tuan beli pulsa beli yang banyak
Kirim pesan pada orang-orang yang lupa malam
Pesan pada orang-orang supaya berhenti berisik
Mabuk-mabukan di jam-jam orang harus istirahat
Pesan pada pejabat agar berhenti menilep uang rakyat
Pesan pada anak-anak tidak larut bermain game
Pesan pada pedagang agar tidak terlalu banyak ambil untung
Pesan pada manula perbanyak minum air putih
Pesan pada pencuri pulsa berhentilsh berulah
Pesan pada pemuka agama jadilah tauladan yang baik
Pesan pada pelacur jalanan rajin-rajinlah ke dokter periksa
Pesan pada keluarga kumpul kebo pergilah ke kua urus surat nikah
Agar buana tempatku menjual pulsa membawa berkah

Kamis, 29 Maret 2012

MENGAPA PAK TUA?

Mengpa pak tua selalu ingat Semarang
Bingkisan ceritera dari Lumintang
Padahal kuburan yang lengang
Sudah dekat diujung jalan

Di Puputan perang pernah terjadi
Di Puputan ceritera cinta terjalin
Pak tua dengan sepeda entol karatan
Mengayuh dengan semangat ke Padang galak

Ada apa kau kesana

Apa yang kau cari pak tua

Setiap kali kita ketemu
Hanya ceritera nostalgia masa muda

Di alun-alun ini
Tiada lagi anggur tersisa
Tiada lagi perawan kota
Cuma bangke karatan
Peninggalan hedonisme
Dan preman yang menadah tangan

Sebelum saatnya tiba
Kau pernah berpesan hidupkah
Tentang resep jamu abadi
Bawakan aku sahabat
Sekuntum mawar yang baru mekar
Sebait lagu paradiso
Dari Semarang
Dari bilik sempit Lumintang.

                              Sobatku Wahab di alun-alun Puputan Badung
                               Masih hidupkah kau?

Rabu, 28 Maret 2012

KENANGAN

Kau senang berceritera panjang
Dengan ide-ide konyol melelahkan
Berat dan tak bisa kumengerti
Kau kuliti Salvador Dali
Kandinsky, Picasso, Afandi
Andy warhol hingga ke Pollok

Aku terkantuk dalam mimpi bayang silaturrahmi
Suaramu tenggelam oleh angin yang memecahkan kaca jendela
Kau pun menghilang dalam bayangan hitam tertawa
Atau kau hanya fatamorgana
Barangkali kau hanya bayangan kabur
Dalam ketuaan usia

Katamu kau senang pada Basuki Abdullah
Dengan perempuan cantiknya yang telanjang
Masih ada tersisa jejak tanganmu di kanvas
Sebuah lukisan titik-titik warnawarni
Hadiah untukku

Ketika aku terjaga
Kau masih terasa disini
Matahari pagi hari
Kembali mengintip
Menawarkan hangat
harum nafasmu
Tertinggal di bantal kenangan









suaramu

Selasa, 27 Maret 2012

KAU MEMBUATKU TERJAGA

Yang selalu membuatku terjaga
Pada desir angin yang menderu
Di beranda dimana kau
Dulu sering duduk menunggu

Sudah lama aku tidak terguncang
Oleh gairah syahwat matahari
Setiap saat setia membakar bumi
Bersama angin dan hujan
Menyuburkan bunga-bunga

Aku sendiri diantara rumput kering
Berjalan melintasi ruang yang lengang
Di pelataran tempat dulu kita bermain
Memperebutkan layang-layang yang putus

Setelah tuamu masih adakah kau disana menungguku
Bersama di kursi panjang berceritera dimasa sulit
Ketika selimut kabut yang dingin menggerayangi tubuhku
Aku pun sekedar singgah ingin menyapa

Kita sudah banyak menyandang cucu katamu
Namun masih tahankah kamu
Menahan kesepian
Melewati malam-malam panjang
Sendirian

Senin, 26 Maret 2012

BUKAN AKU YANG MEMINTAMU DATANG

bukan aku yang memintamu datang
disetiap purnama membawa bayang-bayang
diantara rindang daunan
pohon diluar halaman
menitipkan keteduhan

bukan aku yang merayumu berkunjung
pintu-pintu telah lama kututup
disetiap turun malam
karena pencuri dalam silhuet hitam
barangkali mengintip
dari balik terali jendela masa laluku

tapi kau membawa canda tawa
bersama gairah dari masa lalumu yang terbuka
dan aku takut pada kau
akan mengirim karangan bunga
bersama teror bom waktu

jangan datang disaat malam-malam tak nyaman
disaat diri semakin dekat
karena diri sudah lama lelap
dalam kealpaan semesta

Minggu, 25 Maret 2012

TIADA MALAM TIADA SIANG

menggema seruan
melintasi semesta
melintasi benua
tempat tumpuan
daerah kedamaian

dongeng tentang surga
dayang menari didepan mata
bak seronok dunia maya

tiada malam tiada siang
kalau itu hanya rekaan
ceritera aneh anak-anak

aku paham
cahaya dari mata yang terpejam
negeri asing para pendatang

tiada malam tiada siang
kita menjalin kehidupan
dengan lendir dan ludah kenistaan

akhirnya...

jalan panjang melintasi ruang waktu
ketika tiada malam ketika tiada siang
ketika tiada warna ketika tiada aroma
memberi makna tentang diri
duka duniawi
nikmat duniawi
silih berganti dialami

fatamorgana ini
hanyalah illusi
semata debu hidup
terpapar didepan mata

leleran keringat darah
tertumpah sia-sia
tai dan daki
menyertai jejak kaki

kita pun suka bertikai
demi selisih nilai

ketika tiada malam ketika tiada siang
yang ada bayangan kelabu
ketika tiada warna ketika tiada aroma
diri kembali ke sanubari
barangkali damai jadi abadi.

Sabtu, 24 Maret 2012

SILIH BERGANTI

silih berganti orang orang datang
mendongeng ceritera usang
dari atas mimbar
kebohongan pun dijalin
dalam keyakinan

suara memanggi manggil
parau mengigil
dari menara kerentaan usia

silih berganti orang orang datang
mengiming impian
kebahagiaan di dunia lain

lupakan saja ceriteramu
yang hanya luka
lalu kembali pulang
keasal mula kejadian
diam yang kekal

TELAH KULALUI

telah kulalui jalur panjang kehidupan
kusimak ceritera leluhur
kugali beribu lembar halaman
yang terpendam dalam gudang kenangan

akhirnya kuikrarkan dalam hati
mengisi puisi ini
dengan lembar lembar kebenaran
yang harus kupuja
demi nurani
yang tak ingin berdusta

selalu puisi lahir
dari kesucian yang teruji