jangan sekali kali melawan gunung dan kabut
siapa tahu gelap telah membuatnu mabuk kuwalat
karena lalai dan lupa pada tuhan pemberi hidup
nyawa hanyalah titik embun pagi hari
akan menguap lenyap ketika matahari meninggi
yang abadi cuma kenangan dan mimpi
seperti juga cuaca akan menampung tangisnya
ketika bumi galau gelisah, kering dan gersang
maka kesabaran dan pasrah bagai bunga dan bulir tanaman
tak akan pernah punah sehabis hujan
hujan adalah air mata cuaca yang terenyuh
pada nasib derita manusia di bumi
tapi juga memberi hidup pada mahluk
tampa memandang takabbur atau tawadduh
jangan sekali kali memandang rendah pada gunung dan kabut
karena iradat dan takdir tak kuasa kau taklukkan
dengan puncak kecanggihan ilmumu sekali PUN
terinspirasi oleh musibah sukhoi
Jumat, 11 Mei 2012
RUANG
kuberi kau ruang
di bungker pengap
berasap mariyuana
bermain bersama
sodom gomorrah
kuberi kau tempat
mengurai riwayat
bersama kelelawar
burung-burung hantu
yang senang
bergelantungan di lenganmu
di negeriku
osama bin ladin
tak mungkin ingin
bersibadan denganmu
dan kau belum tentu mau
karena wajahmu aneh
dan gelap dimata fanatik
yang terusik
atas nama cinta dan kebebasan
maka pulanglah ke ottawa
diiringi ketawa santri putri
di desa kami yang
malu-malu melihat anjing
berzina di jalan ramai
sampah dan pollusi
yang kau bawa kesini
bisa jadi makanan lecat
nanti setelah kau kembali
seribu tahun lagi
di bungker pengap
berasap mariyuana
bermain bersama
sodom gomorrah
kuberi kau tempat
mengurai riwayat
bersama kelelawar
burung-burung hantu
yang senang
bergelantungan di lenganmu
di negeriku
osama bin ladin
tak mungkin ingin
bersibadan denganmu
dan kau belum tentu mau
karena wajahmu aneh
dan gelap dimata fanatik
yang terusik
atas nama cinta dan kebebasan
maka pulanglah ke ottawa
diiringi ketawa santri putri
di desa kami yang
malu-malu melihat anjing
berzina di jalan ramai
sampah dan pollusi
yang kau bawa kesini
bisa jadi makanan lecat
nanti setelah kau kembali
seribu tahun lagi
Senin, 07 Mei 2012
BAYI BAYI ITU
bayi bayi itu yang keluar dari trowongan panjang sejarah
kini sudah remaja dan bingung meniti gigir zaman
ada yang melayang-layang bagai kapas
diterbangkan angin kebarat, ketimur, keutara, keselatan
tak tentu arah
dengan wajah kuyu bermata redup
kerangka hidup yang meratapi dinding cintah kasih
yang sudah pecah
tiang penyangga kropos
bergetar oleh gelora dendam terpendam
bayi bayi yang dibuang
terempas pada beton perkotaan
bermandikan debu trotoar
kaki sudah tak berpijak di bumi sendiri
sudah bertahun
tak bisa membedakan coklat dan tai
berubah menjadi sombi
yang otaknya dicuci
yang gemar memakan daging saudaranya sendiri
mencakar wajahnya
dan tak peduli pada pedih
bayi-bayi itu
bayi yang menetek di bumi yang gersang
menjadi garang
bayi demokrasi yang terlempar dari trowongan panjang sejarah
bayi prematur yang lahir dari sanggama haram
bernama kemerdekaan
kini sudah remaja dan bingung meniti gigir zaman
ada yang melayang-layang bagai kapas
diterbangkan angin kebarat, ketimur, keutara, keselatan
tak tentu arah
dengan wajah kuyu bermata redup
kerangka hidup yang meratapi dinding cintah kasih
yang sudah pecah
tiang penyangga kropos
bergetar oleh gelora dendam terpendam
bayi bayi yang dibuang
terempas pada beton perkotaan
bermandikan debu trotoar
kaki sudah tak berpijak di bumi sendiri
sudah bertahun
tak bisa membedakan coklat dan tai
berubah menjadi sombi
yang otaknya dicuci
yang gemar memakan daging saudaranya sendiri
mencakar wajahnya
dan tak peduli pada pedih
bayi-bayi itu
bayi yang menetek di bumi yang gersang
menjadi garang
bayi demokrasi yang terlempar dari trowongan panjang sejarah
bayi prematur yang lahir dari sanggama haram
bernama kemerdekaan
Sabtu, 05 Mei 2012
TIGA MAYAT
tiga mayat di lombok
menangis terisak
mencari organ tubuhnya yang lenyap
tiga mayat menjerit
melintas langit
keseantero jagat
kemanusiaan telah tercabik
martabat telah terinjak
tiga mayat di lombok
yang kau tembak
menunjuk-nunjuk menuntut
katamu kita sahabat
nyatanya kau hianat
o encik
berapa ringgit
organ tubuhku kau jual
o datok
tega-tegamu menohok
jantung anak bangsaku
menangis terisak
mencari organ tubuhnya yang lenyap
tiga mayat menjerit
melintas langit
keseantero jagat
kemanusiaan telah tercabik
martabat telah terinjak
tiga mayat di lombok
yang kau tembak
menunjuk-nunjuk menuntut
katamu kita sahabat
nyatanya kau hianat
o encik
berapa ringgit
organ tubuhku kau jual
o datok
tega-tegamu menohok
jantung anak bangsaku
PILIHAN
ada saat kupilih terang
karena kutakut terantuk dalam gelap
tersesat di jalan berbukit
lubang ranjau yang mematikan semangat
menghargai hidup
kata-kataku memang sempit menyentak
tak membuat keningmu berkerut
kulukis yang nyata di pelupuk mata
dengan perumpamaan yang menyakitkan
tapi satu nafas dengan realita
apa yang terbaca terlihat nyata
ada saat kupilih gelap
karena terkurung dalam misteri
mencari jejakmu dibalik langit berlapis
menggali dikedalaman bumi
menyelam di laut pekat kata-kata
terkadang tergiur diderasnya arus
nafas gelomang yang tak pernah berhenti
mengempas kedinding hati
mencari maknawi, meski dalam sekarat
menjelang maut menjemput
terkadang kau begitu jauh
tak terjangkau
rahasia batin siapa yang tahu
sejauh mana kata menyentuh rasa
karena kata tidak berkasta
ia hanya isyarat untuk dimengerti
meski kata tidak harus bicara sendiri
di ruang kosong gelap dan hampa
tidak juga bicara kepada batu
tembok tebal yang pongah
yang tak ingin disentuh
tidak kepada pagar tinggi
menara sepi
tapi akrab kepada jiwa-jiwa yang hidup
yang lelah
yang terusir
yang teriris
sembilu derita hidup
karena kutakut terantuk dalam gelap
tersesat di jalan berbukit
lubang ranjau yang mematikan semangat
menghargai hidup
kata-kataku memang sempit menyentak
tak membuat keningmu berkerut
kulukis yang nyata di pelupuk mata
dengan perumpamaan yang menyakitkan
tapi satu nafas dengan realita
apa yang terbaca terlihat nyata
ada saat kupilih gelap
karena terkurung dalam misteri
mencari jejakmu dibalik langit berlapis
menggali dikedalaman bumi
menyelam di laut pekat kata-kata
terkadang tergiur diderasnya arus
nafas gelomang yang tak pernah berhenti
mengempas kedinding hati
mencari maknawi, meski dalam sekarat
menjelang maut menjemput
terkadang kau begitu jauh
tak terjangkau
rahasia batin siapa yang tahu
sejauh mana kata menyentuh rasa
karena kata tidak berkasta
ia hanya isyarat untuk dimengerti
meski kata tidak harus bicara sendiri
di ruang kosong gelap dan hampa
tidak juga bicara kepada batu
tembok tebal yang pongah
yang tak ingin disentuh
tidak kepada pagar tinggi
menara sepi
tapi akrab kepada jiwa-jiwa yang hidup
yang lelah
yang terusir
yang teriris
sembilu derita hidup
Langganan:
Postingan (Atom)