Minggu, 20 Juli 2014

AKU TAK TAHU

aku tak tahu siapa maciavelli di negeri ini//aku cuma penjual kelontong di sebuah kampung yang sepi//senang menikmati berita di media pekabaran//senang menghitung uang recehan menjelang warung tutup//ilmuku sedikit karena cuma lepasan sekolah rendah//sekolahkku terputus saat pergolakan itu terjadi//saat orang orang tak tentu salah dibantai//yg kualami dan kurasakan betapa kecurangan adalah sebuah kata paling keji//yang lahir dari birahi alam yang terpendam//yang selalu muncul membawa dendam membara//pendaki yang menapaki puncak tertinggi//melewati lereng curam dan licin dibawahnya serigala lapar menganga////disinggasana kau tak bakal tentram//dalam kabut dan dingin ditengah keluasan cakrawala//disana mata elang mengintai tajam//menunggu mangsanya terpeleset jatuh ke lembah//sekuat apa pun tali nasib kau pegang//karena waktu akan rapuh//teman seiring yang selalu ingin menelikung dipersimpangan yang lengang//ia bagai mimpi buruk hari harimu yang sepi//temanmu adalah yang menjengukmu disaat orang orang paling dekat pada menjauh menghindar//teriakan orang orang malang dari bawah lembah yang tak berubah nasibnya//membuatmu terbangun tengah malam//sepertinya baru kemarin kau tancapkan tonggak di bumi ini//kini kembali tercabut oleh badai perubahan//lalu kau pun menangis sendirian//dan kulihat di layar kaca kulihat kantong matamu semakin melebar tergantung diwajahmu.......//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar